Minggu, 17 Maret 2013

FILARIASIS


Penderita Filariasis (Penyakit Kaki Gajah)
Cacing filaria (Wucheria bancrofti) termasuk salah satu jenis invertebrata yang merugikan manusia. Sasing filaria dapat menyebabkan penyakit kaki gajah atau Filariasis yang ditularkan melalui gigitan berbagai jenis nyamuk kecuali nyamuk mansoni.
Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap, berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik wanita maupun pria. Akibatnya penderita kaki gajah tidak dapat bekerja secara optial, bahkan hidupnya selalu tergantung pada orang lain. Di Indonesia penyakit kaki gajah tersebar luas hampir di seluruh propinsi. Berdasarkan hasil survei, untuk tahun 2000 tercatat sebanyak 1553 desa yang tersebar di 231 kabupaten dan 26 propinsi, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang.
Untuk menanggulangi penyebaran penyakit kaki gajah ini agar tidak meluas, maka melalui organisasi WHO menetapkan kesepakatan global yaitu memberantas penyakit kaki gajah sampai tuntas. Sementara untuk Indonesia pada tahun 2002 sudah dimulai pelaksanaan eliminasi penyakit kaki gajah secara bertahap di 5 kabupaten percontohan. Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan masal dengan DEC dan Albendasol untuk setahun sekali selama 5 tahun.
Ciri-ciri Cacing Filaria
Cacing Filaria memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu.
2. Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65 - 100 mm, ekornya berujung tumpul, untuk makrofilarial yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40 mm, ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang kurang lebih 250 mikron, bersarung pucat.
3. Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe. Sedangkan pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-paru, jantung, dan hati.
Siklus Hidup Cacing Filaria
Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vector yang masa     pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
2. Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7 bulan.

Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh nyamuk
Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terkena filariasais, sehingga mikrofilaria yang terdapat di tubuh penderita ikut terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria yang masuk ke paskan sarung pembungkusnya, kemudian mikrofilaria menembus dinding lambung dan bersarang di antara otot-otot dada (toraks).
Bentuk cacing Filaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih 1 minggu, larva ini berganti kulit, tumbuh akan lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh semakin panjang dan lebih kurus, ini yang sering disebut larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi (pindah), mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan ke alat tusuk nyamuk.
Perkembangan filaria dalam tubuh manusia
Siklus hidup cacing Filaria dalam tubuh manusia terjadi apabila nyamuk yang mengendung mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk ke dalam tubuh manusia (hospes).
Bersama-sama dengan aliran darah pada tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh darah kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Di dalam pembuluh limfe, larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV dan stadium V. Cacing Filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan, misalnya pada kaki dan disebut kaki gajah (filariasis).
Cara Penularan
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat mikrofilaria pada saat menghisap darah penderita filariasis yang mengandung mikrofilaria. Kemudia nyamuk yang mengandung larva stadium III tersebut menggigit orang lain, maka orang tersebut akan tertular filariasis atau terserang penyakit kaki gajah.
Gejala Klinis
Gejala klinis filariasis akut
Apabila seseorang terserang filariasis, maka gejala yang tampak antara lain:
1. Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, demam dapat hilang bila si penderita istirahat dan     muncul lagi setelah si penderita bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga terlihat bengkak di daerah lipatan paha, ketiak     yang tampak kemerahan, panas dan sakit.
3. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahandan merasa     panas.
Sedangkan gejala klinis filariasis kronis yaitu berupa pembesaran yang menetap (Elephantiasis) pada tungkai, lengan buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
Pencegahan
Bagaimana cara pencegahan agar seseorang tidak terserang filariasis atau penyakit kaki gajah? Banyak cara yang harus dilakukan, misalnya:
1. Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector, misalnya: dengan menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau bakar, mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.
2. Memberantas jentik-jentik nyamuk dengan membersihkan bak air di rumah-rumah.
3. Menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat per-indukan nyamuk.
4. Membersihkan semak-semak di sekitar rumah.
Pengobatan
Selama lebih dari 40 tahun untuk pengobatan filariasis, baik secara perorangan maupun untuk pengobatan masal dalam jangka panjang, digunakan DEC (Diethil Carbamazine Citrate). DEC bersifat membunuh mikrofilaria juga makrofilaria atau cacing dewasa. Sehingga sampai saat ini DEC merupakan satu-satunya obat penyakit kaki gajah (filariasis) yang efektif, aman dan relatif murah. Pada pengobatan perorangan bertujuan untuk menghancurkan parasit dan mengeliminasi, guna mengurangi atau mencegah kesakitan. Aturan dosis yang dianjurkan untuk 6 mg/kg berat badan/hari, selama 12 hari diminum sesudah makan, dalam sehari 3 kali.
Pada pengobatan masal (program pengendalian filariasis), digunakan pemberian DEC dosis rendah, dengan jangka waktu pemberian yang lebih lama, misalnya:
- Dalam bentuk garam DEC 0,2% - 0,4% selama 9 - 12 bulan.
- Untuk orang dewasa digunakan 100mg/minggu selama 40 minggu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar